Laporan percobaan 3 ~ Pemurnian Zat Padat

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosedur percobaan, dapat dilihat di link berikut:

VIII. DATA PENGAMATAN
         VIII.I Rekristalisasi
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dipanaskan 50 ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
Timbul gelembung-gelembung
Dimasukkan aquades panas ke dalam gelas kimia berisi asam benzoat tercemar (asam benzoat + glukosa + karbon aktif) sedikit demi sedikit dan diaduk sampai semua larut
Warna larutan hitam
Disaring  campuran sebelumnya dengan kertas saring diatas corong buchner
Filtrat hasil penyaringan berupa larutan bening
Didinginkan larutan dalam gelas kimia berisi es batu
Terbentuklah kristal dengan warna putih
Diuji titik leleh kristal yang diperoleh
Diperoleh titik leleh nya 100,3°C.
         VIII. II Sublimasi
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Dipanaskan cawan penguap (berisi naftalen + pengotor dan telah dilengkapi kertas saring serta corong yang disumbat) dengan api kecil
Terbentuk kristal naftalen pada corong, sementara pasir tertinggal di kertas saring dan di dasar cawan penguap, tercium harum naftalen
Diuji titik leleh kristal naftalen yang terbentuk
Diperoleh titik lelehnya 84°C.
     
  IX. TUJUAN 
1. Agar dapat mengetahui cara memurnikan suatu zat melalui proses sublimasi dan rekristalisasi
2. Agar dapat mengetahui prinsip dalam sublimasi dan rekristalisasi

  X. MANFAAT 
1.  Praktikan menjadi tahu cara memisahkan naftalen dengan pasir melalui proses sublimasi
2.  Praktikan menjadi tahu cara memisahkan asam benzoat dari glukosa melalui proses rekristalisasi
3. Praktikan menjadi tahu mengenai gelas wool dan cara penggunaannya

XI. PEMBAHASAN
          Ketika hendak memurnikan zat padat, terlebih dahulu harus paham dengan sifat fisik atau pun sifat kimia zat padat tersebut. Selain itu, perlu juga diketahui mengenai kelarutan dari zat yang ingin dimurnikan. Sehingga kita dapat menentukan pelarut yang sesuai. Dengan memahami ketentuan-ketentuan yang telah diberikan, maka dapat meminimalisir kegagalan yang bisa saja terjadi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/). 
      
            XI.I Rekristalisasi
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk memurnikan asam benzoat dari zat pengotor, yang berupa glukosa. Praktikan menggunakan asam benzoat sebanyak 2 sudip, glukosa 1 sudip dan ada tambahan karbon aktif sebanyak 1 sudip.  Digunakannya karbon aktif disini agar membantu memurnikan asam benzoat karena sifat karbon aktif yang baik dalam menyerap pengotor. Setelah dicampurkan, kemudian dilarutkan dengan pelarut yang berupa aquades panas, terbentuk larutan warna hitam. Warna hitam ini timbul karena keberadaan karbon aktif. Aquades digunakan sebagai pelarut karena titik didihnya yang berada di bawah titik didih asam benzoat. Selain itu, suhu panas aquades ini  dapat melarutkan zat dengan sempurna. Penuangan aquades dilakukan sedikit demi sedikit agar jumlah pelarut tidak dalam jumlah yang berlebihan. Karena supaya kristal yang diperoleh pada saat pendinginan tidak terlalu sedikit. Campuran kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner dan filtratnya ditampung. Diperoleh filtrat yang bening. Apabila masih terdapat endapan yang tertinggal, maka disiram dengan air panas. Filtrat awalnya didinginkan tanpa menggunakan es batu. Namun, karena masih tidak terbentuk kristal, maka didinginkan dalam gelas kimia berisi es batu. Dari pendinginan ini, diperoleh kristal putih berkilau. Disaring kristal ini, agar dapat ditentukan titik lelehnya. Namun, sebelum diuji, kristal dikeringkan terlebih dahulu. Lalu diujilah titik leleh dari kristal ini. Dengan menggunakan MPA diperoleh titik leleh sebesar 100,3°C. Setelah dibandingkan, ternyata tidak sesuai dengan teori. Yang mana titik leleh dari asam benzoat 122,3°C. Ini berarti asam benzoat yang praktikan peroleh belum sepenuhnya murni.

XI.II Sublimasi
          Sama seperti percobaan sebelumnya, pada percobaan ini juga bertujuan untuk memurnikan zat. Zat yang akan praktikan murnikan yaitu naftalen. Naftalen dicampur dengan pengotor berupa pasir dengan perbandingan 1:1. Campuran ini diletakkan dalam cawan penguap. Diatas cawan penguap diberi kertas saring yang telah dilubangi, di atas kertas ini diletakkan corong yang telah disumbat dengan gelas wool. Perlu hati-hati dalam menggunakan gelas wool, karena sifatnya yang tajam. Tujuan penyumbatan ini, agar uap dari naftalen tidak terlepas ke udara, sehingga dapat membentuk kristal di bagian dalam corong. Karena itu pula, kertas saring perlu dilubangi, agar uap naftalen mencapai ke corong. Setelah dilengkapi dengan kertas saring dan corong, selanjutnya dilakukan pemanasan diatas api kecil. Pada proses pemanasan, dapat terlihat kristal-kristal naftalen yang terbentuk dalam corong. Sementara dikertas saring, terdapat pasir yang menempel. Setelah sekitar 6 menit, proses pemanasan dihentikan. Tidak ada naftalen yang tertinggal dalam cawan penguap. Hal  ini menandakan bahwa naftalen dapat berubah menjadi uap dengan sempurna. Kristal naftalen yang diperoleh ini, diuji titik lelehnya. Titik leleh yang didapat yaitu 84°C, dan ketika dibandingkan ternyata berbeda dengan teori, yang mana titik leleh naftalen ini sebesar 80,26°C.

XII. PERTANYAAN 
1. Pada percobaan rekristalisasi, mengapa pada saat pendinginan tanpa es batu tidak ada kristal yang terbentuk?
2. pada percobaan sublimasi, ketika pemanasan dilakukan, mengapa kertas saring menjadi basah, padahal sebelumnya tidak ada pemberian air pada campuran?
3. Mengapa digunakan corong buchner pada percobaan rekristalisasi? Tidak bisakah jika menggunakan corong biasa?

XIII. KESIMPULAN
        Setelah melakukan praktikum ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikan dapat melakukan kristalisasi dengan baik, yaitu dengan mendinginkan filtrat yang  diperoleh di dalam gelas kimia berisi es batu, sampai terbentuk kristal 
2. Praktikan dapat memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi, dalam percobaan ini digunakan air sebagai pelarut karena air memiliki titik didih lebih rendah dari zat yang akan dimurnikan, hal ini sesuai dengan kriteria pelarut yang baik 
3. Praktikan dapat menjernihkan dan menghilangkan warna larutan. Untuk membantu proses penjernihan ini, digunakan karbon aktif yang memiliki kemampuan untuk menyerap pengotor dengan baik 
4. Praktikan dapat memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi, yang diawali dengan meelarutkan campuran dengan pelarut yang sesuai, menyaring campuran, serta mendinginkan campuran hingga terbentuk  kristal. 


untuk melihat video percobaan ini, klik link berikut:

XIV. DAFTAR PUSTAKA
Kamilati, Nurul. 2006. Mengenal Kimia. Jakarta: Yudhistira.

Oxtoby, D, W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga

Pinalia, Anita. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat Untuk Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 6. No 2.

Syamsurizal. 2019. Pemurnian Zat Padat Organik. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.-id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/). Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pukul 19:20).  

Tim Kimia Organik. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas jambi



XV. LAMPIRAN
Alat dan bahan yang digunakan 


Pemanasan aquades

Melarutankan asam benzoat+glukosa+karbon aktif

Penimbangan naftalen

Kristal naftalen yang terbentuk

Komentar

  1. hai isna... perkenalkan saya suryani br nababan nim A1C118093 inin mencoba menjawab permasalahan pada no 3 dimana di gunakan corong buchner berfungsi sebagai alat penyaring dimana di gunakan untuk memisahkan endapannya dari larutan atau zat murni dari pengotornya. digunakannya corong buchner juga dikarenakan corong buchner lebih baik dari pada corong biasa dan corong buchner lebih cepat dan maksimal. semoga membantu. terimakasih

    BalasHapus
  2. assalamualaikum wr. wb
    saya ulul azmi nim 068 ingin mencoba menjawab no.2 yaitu pada percobaan sublimasi, ketika pemanasan dilakukan, mengapa kertas saring menjadi basah, karena adanya uap dari zat naftalen yg menembus kertas saring sehingga menjadi basah dan mengeluarkan bau naftalen dari pemanasan terbut naftalen menguap dan memisah dari pasir sehingga uap tersebut naik dan menembus kertas saring dan tampak basah. semoga membantu :)

    BalasHapus
  3. Nama Saya Sri Oktika Dhijah Gultom (A1C118085) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Pada saat pendinginan tanpa es batu tidak ada kristal yang terbentuk karena proses kristalisasi dapat terjadi itu dari hasil pencairan dari suatu larutan oleh karena itu es digunakan supaya kristal terbentuk

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Percobaan 5 ~ Reaksi-reaksi Aldehida dan Keton

Jurnal Percobaan 4 - Reaksi-reaksi Hidrokarbon

jurnal percobaan 7 ~ Pembuatan Sikloheksanon