Laporan percobaan 3 ~ Pemurnian Zat Padat
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai prosedur percobaan, dapat dilihat di link berikut:
Tim Kimia Organik. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas jambi
VIII. DATA PENGAMATAN
VIII.I Rekristalisasi
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
Dipanaskan 50
ml aquades dalam gelas kimia 100 ml
|
Timbul
gelembung-gelembung
|
Dimasukkan
aquades panas ke dalam gelas kimia berisi asam benzoat tercemar (asam benzoat
+ glukosa + karbon aktif) sedikit demi sedikit dan diaduk sampai semua larut
|
Warna larutan
hitam
|
Disaring campuran sebelumnya dengan kertas saring
diatas corong buchner
|
Filtrat hasil
penyaringan berupa larutan bening
|
Didinginkan
larutan dalam gelas kimia berisi es batu
|
Terbentuklah
kristal dengan warna putih
|
Diuji titik
leleh kristal yang diperoleh
|
Diperoleh titik leleh nya 100,3°C.
|
VIII. II Sublimasi
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
Dipanaskan cawan
penguap (berisi naftalen + pengotor dan telah dilengkapi kertas saring serta
corong yang disumbat) dengan api kecil
|
Terbentuk
kristal naftalen pada corong, sementara pasir tertinggal di kertas saring dan
di dasar cawan penguap, tercium harum naftalen
|
Diuji titik leleh kristal
naftalen yang terbentuk
|
Diperoleh titik lelehnya 84°C.
|
IX. TUJUAN
1. Agar dapat mengetahui cara memurnikan suatu zat melalui proses sublimasi dan rekristalisasi
2. Agar dapat mengetahui prinsip dalam sublimasi dan rekristalisasi
X. MANFAAT
1. Praktikan menjadi tahu cara memisahkan naftalen dengan pasir melalui proses sublimasi
2. Praktikan menjadi tahu cara memisahkan asam benzoat dari glukosa melalui proses rekristalisasi
3. Praktikan menjadi tahu mengenai gelas wool dan cara penggunaannya
3. Praktikan menjadi tahu mengenai gelas wool dan cara penggunaannya
XI. PEMBAHASAN
Ketika hendak memurnikan zat padat, terlebih dahulu harus paham dengan sifat fisik atau pun sifat kimia zat padat tersebut. Selain itu, perlu juga diketahui mengenai kelarutan dari zat yang ingin dimurnikan. Sehingga kita dapat menentukan pelarut yang sesuai. Dengan memahami ketentuan-ketentuan yang telah diberikan, maka dapat meminimalisir kegagalan yang bisa saja terjadi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/).
XI.I Rekristalisasi
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
memurnikan asam benzoat dari zat pengotor, yang berupa glukosa. Praktikan menggunakan
asam benzoat sebanyak 2 sudip, glukosa 1 sudip dan ada tambahan karbon aktif
sebanyak 1 sudip. Digunakannya karbon
aktif disini agar membantu memurnikan asam benzoat karena sifat karbon aktif
yang baik dalam menyerap pengotor. Setelah dicampurkan, kemudian dilarutkan
dengan pelarut yang berupa aquades panas, terbentuk larutan warna hitam. Warna hitam ini timbul karena keberadaan karbon aktif. Aquades digunakan sebagai pelarut karena titik didihnya yang berada di bawah titik didih asam benzoat. Selain itu, suhu panas aquades ini
dapat melarutkan zat dengan sempurna. Penuangan aquades dilakukan
sedikit demi sedikit agar jumlah pelarut tidak dalam jumlah yang berlebihan. Karena
supaya kristal yang diperoleh pada saat pendinginan tidak terlalu sedikit. Campuran
kemudian disaring dengan menggunakan corong buchner dan filtratnya ditampung. Diperoleh filtrat yang bening. Apabila masih terdapat endapan yang tertinggal, maka disiram dengan air panas. Filtrat awalnya didinginkan tanpa menggunakan es batu. Namun, karena masih tidak terbentuk kristal, maka didinginkan dalam gelas kimia berisi es batu. Dari pendinginan ini, diperoleh
kristal putih berkilau. Disaring kristal ini, agar dapat ditentukan titik
lelehnya. Namun, sebelum diuji, kristal dikeringkan terlebih dahulu. Lalu diujilah titik leleh dari kristal ini. Dengan menggunakan MPA diperoleh titik leleh sebesar 100,3°C. Setelah dibandingkan, ternyata tidak sesuai dengan teori. Yang mana titik leleh dari asam benzoat 122,3°C. Ini berarti asam benzoat yang praktikan peroleh belum sepenuhnya murni.
XI.II Sublimasi
Sama seperti percobaan
sebelumnya, pada percobaan ini juga bertujuan untuk memurnikan zat. Zat yang
akan praktikan murnikan yaitu naftalen. Naftalen dicampur dengan pengotor
berupa pasir dengan perbandingan 1:1. Campuran ini diletakkan dalam cawan
penguap. Diatas cawan penguap diberi kertas saring yang telah dilubangi, di
atas kertas ini diletakkan corong yang telah disumbat dengan gelas wool. Perlu
hati-hati dalam menggunakan gelas wool, karena sifatnya yang tajam. Tujuan penyumbatan
ini, agar uap dari naftalen tidak terlepas ke udara, sehingga dapat membentuk
kristal di bagian dalam corong. Karena itu pula, kertas saring perlu dilubangi,
agar uap naftalen mencapai ke corong. Setelah dilengkapi dengan kertas saring
dan corong, selanjutnya dilakukan pemanasan diatas api kecil. Pada proses
pemanasan, dapat terlihat kristal-kristal naftalen yang terbentuk dalam corong.
Sementara dikertas saring, terdapat pasir yang menempel. Setelah sekitar 6
menit, proses pemanasan dihentikan. Tidak ada naftalen yang tertinggal dalam
cawan penguap. Hal ini menandakan bahwa
naftalen dapat berubah menjadi uap dengan sempurna. Kristal naftalen yang diperoleh ini,
diuji titik lelehnya. Titik leleh yang didapat yaitu 84°C, dan ketika dibandingkan ternyata berbeda dengan teori, yang mana titik leleh naftalen ini sebesar 80,26°C.
XII. PERTANYAAN
1. Pada percobaan rekristalisasi, mengapa pada saat pendinginan tanpa es batu tidak ada kristal yang terbentuk?
2. pada percobaan sublimasi, ketika pemanasan dilakukan, mengapa kertas saring menjadi basah, padahal sebelumnya tidak ada pemberian air pada campuran?
3. Mengapa digunakan corong buchner pada percobaan rekristalisasi? Tidak bisakah jika menggunakan corong biasa?
1. Pada percobaan rekristalisasi, mengapa pada saat pendinginan tanpa es batu tidak ada kristal yang terbentuk?
2. pada percobaan sublimasi, ketika pemanasan dilakukan, mengapa kertas saring menjadi basah, padahal sebelumnya tidak ada pemberian air pada campuran?
3. Mengapa digunakan corong buchner pada percobaan rekristalisasi? Tidak bisakah jika menggunakan corong biasa?
XIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum ini, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Praktikan dapat melakukan kristalisasi dengan baik, yaitu dengan mendinginkan filtrat yang diperoleh di dalam gelas kimia berisi es batu, sampai terbentuk kristal
2. Praktikan dapat memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi, dalam percobaan ini digunakan air sebagai pelarut karena air memiliki titik didih lebih rendah dari zat yang akan dimurnikan, hal ini sesuai dengan kriteria pelarut yang baik
3. Praktikan dapat menjernihkan dan menghilangkan warna larutan. Untuk membantu proses penjernihan ini, digunakan karbon aktif yang memiliki kemampuan untuk menyerap pengotor dengan baik
4. Praktikan dapat memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi, yang diawali dengan meelarutkan campuran dengan pelarut yang sesuai, menyaring campuran, serta mendinginkan campuran hingga terbentuk kristal.
1. Praktikan dapat melakukan kristalisasi dengan baik, yaitu dengan mendinginkan filtrat yang diperoleh di dalam gelas kimia berisi es batu, sampai terbentuk kristal
2. Praktikan dapat memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi, dalam percobaan ini digunakan air sebagai pelarut karena air memiliki titik didih lebih rendah dari zat yang akan dimurnikan, hal ini sesuai dengan kriteria pelarut yang baik
3. Praktikan dapat menjernihkan dan menghilangkan warna larutan. Untuk membantu proses penjernihan ini, digunakan karbon aktif yang memiliki kemampuan untuk menyerap pengotor dengan baik
4. Praktikan dapat memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi, yang diawali dengan meelarutkan campuran dengan pelarut yang sesuai, menyaring campuran, serta mendinginkan campuran hingga terbentuk kristal.
untuk melihat video percobaan ini, klik link berikut:
XIV. DAFTAR PUSTAKA
Kamilati,
Nurul. 2006. Mengenal Kimia. Jakarta:
Yudhistira.
Oxtoby,
D, W, dkk. 2001. Prinsip-prinsip Kimia
Modern. Jakarta: Erlangga
Pinalia, Anita. 2011. Penentuan Metode Rekristalisasi yang Tepat
Untuk Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (AP). Jurnal Sains
dan Teknologi. Vol 6. No 2.
Syamsurizal. 2019. Pemurnian Zat Padat Organik. (http://syamsurizal.staff.unja.ac.-id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/).
Diakses pada tanggal 22 Februari 2020 pukul 19:20).
Tim Kimia Organik. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi: Universitas jambi
hai isna... perkenalkan saya suryani br nababan nim A1C118093 inin mencoba menjawab permasalahan pada no 3 dimana di gunakan corong buchner berfungsi sebagai alat penyaring dimana di gunakan untuk memisahkan endapannya dari larutan atau zat murni dari pengotornya. digunakannya corong buchner juga dikarenakan corong buchner lebih baik dari pada corong biasa dan corong buchner lebih cepat dan maksimal. semoga membantu. terimakasih
BalasHapusassalamualaikum wr. wb
BalasHapussaya ulul azmi nim 068 ingin mencoba menjawab no.2 yaitu pada percobaan sublimasi, ketika pemanasan dilakukan, mengapa kertas saring menjadi basah, karena adanya uap dari zat naftalen yg menembus kertas saring sehingga menjadi basah dan mengeluarkan bau naftalen dari pemanasan terbut naftalen menguap dan memisah dari pasir sehingga uap tersebut naik dan menembus kertas saring dan tampak basah. semoga membantu :)
Nama Saya Sri Oktika Dhijah Gultom (A1C118085) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Pada saat pendinginan tanpa es batu tidak ada kristal yang terbentuk karena proses kristalisasi dapat terjadi itu dari hasil pencairan dari suatu larutan oleh karena itu es digunakan supaya kristal terbentuk
BalasHapus