Laporan Percobaan 2- Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh


Untuk mengetahui lebih jelas terkait prosedur yang dilakukan, dapat dilihat di link berikut:
https://isnainipuji8.blogspot.com/2020/02/jurnal-percobaan-ii-kalibrasi.html


VIII. DATA PENGAMATAN
         VIII.I Kalibrasi Termometer
    
No
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1.
Diukur suhu campuran air dan es batu 130 ml
Suhu 0°C
2.
Diukur suhu air ketika mulai mendidih
Suhu 92°C
3.
Diukur suhu konstan air setelah mendidih
Suhu 99°C

   
         VIII. II Penentuan Titik Leleh
      a.       Suhu zat murni    
No
Nama Senyawa 
Titik leleh yang diperoleh
(suhu zat tepat meleleh – suhu semua zat meleleh)
             1
Naftalen
78°C - 84°C
             2
Glukosa
120°C - 140°C
             3
Beta-naftol
105°C - 115°C
             4
Asam benzoat
98°C - 150°C
             5
Maltosa
105°C - 107°C
                   
            b.      suhu campuran

No
Campuran
Titik leleh yang diperoleh dengan perbandingan:
(suhu tepat meleleh – suhu semua campuran meleleh)
1:1
1:3
3:1
       1.
 Naftalen + Glukosa
100°C - 148°C
148°C - 155°C
130°C - 146°C
  2.
Glukosa + Beta-naftol
130°C - 140°C
146°C – 150°C
138°C - 149°C
 3
Beta-naftol + asam benzoat
88°C - 92°C
90°C - 103°C
85°C - 120°C
4
Asam benzoat + maltosa
110°C - 120°C
100°C - 155°C
97°C – 135°C
Maltosa + naftalen
120 °C - 122°C
110°C - 114°C
113° - 115°C

            VIII.III Demonstrasi Titik Leleh dengan MPA
No
Nama Senyawa
Titik leleh yang diperoleh
1.
Naftalen
85°C - 100°C
2.
Glukosa
160,72°C - 180°C
3.
Beta-naftol
110°C - 115°C
4.
Asam benzoat
115°C - 120°C
5.
Maltosa
90°C - 102°C

  IX. TUJUAN 
1. Praktikan dapat memahami cara mengkalibrasi termometer
2. Praktikan dapat memahami cara menentukan titik leleh suatu senyawa


  X. MANFAAT 
1.  Praktikan menjadi tahu cara untuk mengetahui titik leleh suatu senyawa 
2.  Praktikan menjadi tahu cara menggunakan alat MPA (Melting Point Apparatus)

XI. PEMBAHASAN
      Termometer yang merupakan instrument untuk mengukur suhu, perlu dipastikan apakah termometer ini masih dalam keadaan layak guna, dan dapat memberikan hasil yang tepat. Karena ketepatan yang diberikan akan sangat berpengaruh bagi praktikan dalam memilih keputusan untuk  melanjutkan percobaan. Disamping itu, praktikan harus mengetahui dan memahami tata cara dalam menyimpan termometer, sehingga termometer dapat terhindar dari hal-hal yang dapat membuatnya rusak (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/). 

            XI.I Kalibrasi Termometer
Sebelum digunakan pada percobaan penentuan titik leleh, termometer dikalibrasi terlebih dahulu. Tujuan kalibrasi ini yaitu agar dapat mengetahui bahwa kondisi termometer dalam keadaan baik dan dapat memberikan hasil yang akurat. Proses kalibrasi ini dilakukan dengan mengukur batas bawah dan juga batas atas skala pada termometer. Batas bawah skala termometer dilakukan dengan mengukur suhu campuran antara air dan es batu yang sedikit meleleh sebanyak 130 ml, diperolehlah suhu 0°C.  Sedangkan untuk batas atas skala termometer diketahui dengan mengukur suhu air yang mendidih, diperoleh suhu tepat air mendidih yaitu pada suhu 92°C dan suhu konstannya 99°C. Air yang digunakan adalah air murni yang praktikan sudah ketahui titik beku dan titik didihnya yaitu 0°C dan 100°C, sehingga dapat menjadi acuan apakah termometer dalam keadaan baik atau malah sebaliknya. Erlenmeyer yang digunakan sebagai wadah, juga harus ditutup agar suhu didalamnya terisolasi dari suhu diluar erlenmeyer. Dari hasil yang kami peroleh dapat dikatakan bahwa termometer masih dalam keadaan baik. Walaupun pada suhu konstan ketika mendidih tidak mencapai 100°C. Hal ini terjadi karena ketika air tepat mendidih, styrofoam (gabus) penutup erlenmeyer mencuat keluar sehingga mengakibatkan suhu di dalam erlenmeyer sudah bercampur dengan suhu diluar erlenmeyer.  

XI.II Penentuan Titik Leleh
          Setelah dilakukan kalibrasi pada termometer, praktikan melanjutkan pada percobaan berikutnya yaitu menentukan titik leleh senyawa murni dan campuran. Senyawa murni yang digunakan yaitu naftalen, glukosa, beta-naftol, asam benzoat, dan maltosa. Setiap sampel ini dimasukkan ke dalam pipa kapiler dengan tinggi tidak lebih dari 2 mm. Pipa kapiler ini lalu diikatkan pada termometer. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer (praktikan menggunakan kaleng) yang berisi minyak. Naftalen mulai meleleh pada suhu 78°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 84°C, titik leleh nya yaitu pada 78°C - 84°C. Glukosa mulai meleleh pada suhu 120°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 140°C,  berarti titik leleh nya 120°C - 140°C. Beta naftol mulai meleleh pada suhu 105°C, dan meleleh secara keseluruhan  pada suhu 115°C, titik leleh 105°C - 115°C. Asam  benzoat mulai meleleh pada suhu 98°C dan keseluruhannya meleleh pada 150°C, titik lelehnya 98°C - 150°C. Untuk maltosa, mulai meleleh pada suhu 105°C dan seluruhnya meleleh pada 107°C, titik leleh pada suhu 105°C - 107°C .
          Selain senyawa murni, praktikan juga menentukan titik leleh senyawa campuran yaitu naftalen dengan glukosa, glukosa dengan beta-naftol, beta-naftol dengan asam benzoat, asam benzoat dengan maltosa, maltosa dengan naftalen. Digunakan  3 jenis perbandingan untuk setiap senyawa campuran ini, yaitu 1:1, 1:3, dan 3:1. Pada perbandingan 1:1 untuk naftalen dengan glukosa, praktikan mencampurkan keduanya dengan berat masing-masing 0,38 gr. Campuran naftalen + glukosa mulai meleleh pada yaitu 100°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 148°C, berarti tiitk leleh 100°C - 148°C. Dengan berat yang sama, dicampurkan glukosa dengan beta naftol, dan mulai meleleh pada suhu 130°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 140°C, titik leleh 130°C - 140°C. Pada campuran beta-naftol dengan  asam benzoat, mulai meleleh pada suhu 88°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 92°C, titik leleh 88°C - 92°C . Campuran asam benzoat dan maltosa mulai meleleh pada suhu 110°C dan pada suhu 120°C seluruh nya meleleh, titik leleh 110°C - 120°C. Pada campuran maltosa dan naftalen mulai melelh pada suhu 120°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 122°C, titik leleh 120 °C - 122°C.
         Dengan sampel yang sama seperti sebelumnya, ditentukan titik leleh dengan perbandingan 1:3. Pada campuran sampel naftalen dengan glukosa, dicampurkan dengan berat naftalen 0,38 gr dan glukosa 1,14 gr, mulai meleleh pada 148°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 155°C, berarti titik leleh 148°C - 155°C. Pada campuran sampel glukosa dan beta-naftol dengan berat glukosa 0,38 gr dan beta-naftol 1,14 gr, mulai meleleh pada suhu 146°C dan semuanya meleleh pada suhu 150°C, titik leleh 146°C – 150°C. Pada sampel beta-naftol dan asam benzoat dengan berat beta-naftol 0,38 gr dan asam benzoat 1,14 gr, mulai meleleh pada suhu 90°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 103°C, titik leleh 90°C - 103°C. Pada campuran asam benzoat dengan maltosa dengan berat asam benzoat 0,38 gr dan maltosa 1,14 gr mulai meleleh pada suhu 100°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 155°C, titik leleh 100°C - 155°C. Untuk campuran maltosa dan naftalen dengan berat maltosa 0,38 gr dan naftalen 1,14 gr mulai meleleh pada suhu 110°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 144°C, titik leleh 110°C - 114°C.  
      Berikutnya dengan perbandingan 3:1. Sampel yang digunakan tetap sama dengan sampel sebelumnya, hanya saja berat nya berbeda. Untuk sampel naftalen dan glukosa, dicampurkan dengan berat naftalen 1,14 gr dan glukosa 0,38 gr. Mulai meleleh pada suhu 130°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 146°C, ini berarti titik lelehnya 130°C - 146°C. untuk sampel kedua glukosa dan beta-naftol, dicampurkan glukosa seberat 1,14 gr dan beta-naftol 0,38. Mulai meleleh pada suhu 138°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 149°C, titik leleh 138°C - 149°C. Sampel ketiga, beta-naftol dan asam benzoat, dicampurkan 1,14 gr beta-naftol dan 0,38 asam benzoat, mulai meleleh pada suhu 85°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 120°C, titik leleh 85°C-120°C. pada sampel keempat yaitu asam benzoat dan maltosa, dicampurkan dengan berat masing-masing 1,14 gr dan 0,38 gr. Mulai meleleh pada suhu 97°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 135°C. Titik leleh 97°C – 135°C. Sampel terakhir yaitu maltosa dan naftalen, dengan berat masing-masingnya 1,14 gr dam 0,38 gr mulai meleleh pada suhu 113°C dan seluruhnya meleleh pada 115°C. Titik lelehnya 113°C - 115°C. 

         XI.III Demonstrasi Titik Leleh dengan MPA
     Melting point apparatus adalah alat yang digunakan untuk menentukan titik leleh suatu zat. Sampel yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan di lubang pada alat MPA, bersamaan dengan termometer. Sebelum penggunaan pastikan bahwa alat ini dihubungkan dengan tombol listrik dan dalam posisi on. Sampel yang praktikan tentukan titik lelehnya yaitu naftalen, glukosa, beta-naftol, asam benzoat dan maltosa. Pada naftalen mulai meleleh pada suhu 85°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 100°C. pada glukosa mulai meleleh pada suhu 160,72°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 180°C. Sampel beta-naftol mulai meleleh pada suhu 110°C dan seluruhnya meleleh pada suhu 115°C. Sampel asam benzoat mulai meleleh pada suhu 115°C dan meleleh seluruhnya pada 120°C. Sementara pada sampel maltosa, mulai meleleh pada suhu 90°C dan seluruhnya meleleh pada 102°C. 

XII. PERTANYAAN 
1. Mengapa pengkalibrasian termometer menggunakan bahan air murni? Bisakah jika diganti dengan bahan lain?
2. Pada saat penentuan titik leleh digunakan kaleng (bukan erlenmeyer) untuk memanaskan sampel, adakah pengaruh yang diberikan terhadap hasil akhir?
3. Mengapa setiap senyawa murni memiliki titik leleh yang berbeda-beda? 


XIII. KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan ini, kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut:
1. Praktikan dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam menentukan titik leleh senyawa murni, yaitu dengan melihat suhu saat senyawa tepat meleleh hingga seluruhnya meleleh.

2. Praktikan dapat melakukan kalibrasi termometer sebelum digunakan dalam menentukan titik leleh suatu senyawa murni, yaitu dengan dilakukannya pengukuran suhu campuran air dan es batu untuk kalibrasi batas skala bawah dan air mendidih untuk batas skala atas.

3. Praktikan dapat membedakan titik leleh suatu senyawa murni dengan senyawa yang tidak murni. Yaitu dengan melihat rentang titik lelehnya. 

 4. Praktikan dapat menentukan titik leleh suatu senyawa murni yang diberikan sebagai sampel, sampel yang digunakan yaitu naftalen, glukosa, beta-naftol, asam benzoat, dan maltosa.



untuk melihat video percobaan ini, klik link berikut:



XIV. DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti. Jakarta:Erlangga.

Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Supu, Idawati, dkk. 2016. Pengaruh Suhu Terhadap Perpindah Panas pada Material yang
       Berbeda. Jurnal Dinamika. 7(1):64.

Syamsurizal. 2019. Kalibrasi Termometer dan Penetuan Titik Leleh. (http://syamsurizal staff.
       unja.ac.id/2019/02/26/70/). Diakses pada tanggal 10 Februari pukul 19:00).

Tim Kimia Organik I. 2020. Penuntun Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi



XV. LAMPIRAN



Proses mengkalibrasi termometer


memasukkan sampel ke dalam pipa kapiler


diikatkan pipa kapiler berisi sampel dengan termometer



menentukan titik leleh 


Alat MPA yang digunakan


Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. assalamualikum, saya Diana Sari (A1C118096) akan mencoba menjawab pertanyaan no 1.bisa saja diganti dengan bahan yang lain, tetepi air merupakan bahan yang paling mudah ditemukan disekitar kita. Terimakasih, semoga membantu

    BalasHapus
  3. Nama Sri Oktika Dhijah Gultom (A1C118085) akan menjawab pertanyaan nomor 3. Senyawa murni berbeda titik lelehnya karena perbedaan tersebut menggambarkan tingkat kemurnian zat itu sendiri baik saat akan mulai meleleh maupun hingga seluruhnya meleleh

    BalasHapus
  4. Nama saya NADA FITRI RAHMAN , NIM :A1C118057,KELAS REGULER A 2018 PENDIDIKAN KIMIA UNJA . Saya akan menjawab pertanyaan isnaini nomor 2 , kalau menurut saya ada yakni jika memakai kaleng untuk pemanasan lebih cepat naik suhunya dibandingkan menggunakan erlemyer dan membuat cepat pula mengetahui melai titik lelehnya. Terimakasih :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

jurnal percobaan 6 ~ Reaksi - reaksi Alkohol dan Fenol

Jurnal Percobaan 5 ~ Reaksi-reaksi Aldehida dan Keton

jurnal percobaan 8 ~ Kromatografi Lapis Tipis dan Kolom