Laporan Percobaan 1- Analisa Kualitatif Unsur-unsur Zat Organik dan Penentuan Kelas Kelarutan
Jika
ingin mengetahui prosedur yang dilakukan pada praktikum ini, bisa dilihat
melalui link berikut:
VIII. Data Pengamatan
VIII.I Analisa Unsur
VIII.I.I Karbon dan Hidrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Diletakkan
1-2 gram serbuk CuO kering dalam cawan porselen diatas pemanas bunsen
|
Tidak
ada reaksi yang terjadi, CuO tetap kering
|
2.
|
Dicampurkan
dengan sejumlah gula
|
CuO
dan gula tercampur, serta meleleh
|
3.
|
Dipindahkan
ke dalam tabung reaksi pyrex dan dialirkan gas nya dengan pipa pengalir
menuju ke tabung berisi 10 ml larutan Ca(OH)2 , dipanaskan
campuran
|
Terdapat
uap dan juga gas
|
VIII.I.II Halogen
a.
Tes Beilstein
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dipanaskan
kawat tembaga diatas bunsen
|
Kawat
tembaga berwarna kemerahan
|
2.
|
Didinginkan,
ditetesi 2 tetes CCl4, lalu dipijarkan kembali
|
Timbul
warna hijau pada nyala api
|
b. Tes CaO
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dipanaskan CaO (kulit telur) sampai
suhu tinggi, ditambah 2 tetes CCl4 (n-heksana), didihkan dengan 5-10 ml air
suling dan HNO3 encer
|
Larutan
jadi jernih, timbul bau dan gelembung pada kulit telur
|
VIII.I.IV Metoda Leburan
dengan Natrium
a.
Belerang
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Diasamkan
3 ml larutan L (putih telur) dengan HCl, dididihkan, diperiksa gas
dengan kertas saring yang ditetesi Pb-asetat 10% dan pada larutan L ditetesi
Na-nitroprosida
|
Ada
gas dan bau tidak enak, juga gumpalan
kecil berwarna putih
|
b. Nitrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Ditambahkan kedalam 3 ml larutan L (putih telur), 5 tetes FeSO4
baru, 1 tetes FeCl3 dan 5 tetes KF 10% (nihidrin) serta 1-2 ml NaOH 10%
sampai sifatnya basa, didihkan
|
Larutan
menjadi berwarna hitam
|
2.
|
Diasamkan
dengan asam sulfat encer
|
larutan hitam menjadi kuning dan ada endapan biru berlin
|
c.
Halogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
3
ml larutan L (putih telur + HCl) dengan HNO3 encer
|
Larutan
menjadi putih keruh
|
2.
|
Dididihkan
5 -10 menit dengan hati-hati
|
Terjadi
perubahan warna larutan dari putih keruh jadi warna kuning, terdapat juga gas
dan bau yang tidak sedap
|
3.
|
Ditambah
5 ml larutan AgNO3 encer (5-10%), didihkan
|
Muncul
endapan warna hitam agak kecoklatan
|
VIII.II Penentuan Kelas Kelarutan
VIII.II.I Kelarutan gula
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml air suling, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
bening dan gula larut (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml pelarut eter, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
jernih, gula tidak larut (-)
|
3.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml larutan NaOH 5%, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
4.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml NaHCO3 5%,
dikocok kuat-kuat
|
Tidak
ada gas CO2 (-)
|
5.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml HCl 5%, dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
6.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H2SO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
kuning kecoklatan, gula larut (+)
|
7.
|
Dimasukkan
0,1 gr gula ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H3PO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
VIII.II.II Kelarutan Minyak
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi,
ditambah 3 ml air suling, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
keruh, minyak tidak larut (-)
|
2.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml pelarut eter, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
jernih, minyak larut (+)
|
3.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml larutan NaOH 5%, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
keruh, minyak tidak larut (-)
|
4.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml NaHCO3 5%,
dikocok kuat-kuat
|
Tidak
ada gas CO2 (-)
|
5.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml HCl 5%, dikocok
|
Larutan
jernih, minyak larut (+)
|
6.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H2SO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
orange, minyak larut (+)
|
7.
|
Dimasukkan
3 tetes minyak ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H3PO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
jernih, minyak larut (+)
|
VIII.II.III Kelarutan Putih Telur
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml air suling, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
keruh, putih telur tidak larut (-)
|
2.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml
pelarut eter, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
jernih, putih telur larut (+)
|
3.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml larutan NaOH 5%, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
keruh, putih telur tidak larut (-)
|
4.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml NaHCO3 5%, dikocok kuat-kuat
|
Terdapat
gas CO2 (+)
|
5.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml HCl 5%, dikocok
|
Larutan
jernih (+)
|
6.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml H2SO4 pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
berwarna merah hati (+), dan panas
|
7.
|
Dimasukkan
3 tetes putih telur ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml H3PO4 pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
jernih (+)
|
VIII.II.IV
Kelarutan garam
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi,
ditambah 3 ml air suling, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
bening, garam larut (+)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml pelarut eter, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan jernih, garam tidak larut (-)
|
3.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml larutan NaOH 5%, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
jernih, garam larut (+)
|
4.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml NaHCO3 5%,
dikocok kuat-kuat
|
Tidak
ada gas CO2 (-)
|
5.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml HCl 5%, dikocok
|
Larutan
jernih (+)
|
6.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H2SO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
keruh/tidak berwarna (-)
|
7.
|
Dimasukkan
0,1 gram garam ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml H3PO4
pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
jernih tapi mengendap (+)
|
VIII.II.V Kelarutan tepung
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml air suling, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
keruh, tepung tidak larut (-)
|
2.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml pelarut eter, dikocok
kuat-kuat
|
Larutan
keruh, tepung tidak larut (-)
|
3.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml larutan NaOH 5%, dikocok kuat-kuat
|
Larutan
keruh, tepung tidak larut (-)
|
4.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml NaHCO3 5%, dikocok kuat-kuat
|
Tidak
ada gas CO2 (-)
|
5.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung reaksi, ditambah 3 ml HCl
5%, dikocok
|
Larutan
jernih (+)
|
6.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml H2SO4 pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
berwarna orange (+)
|
7.
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung ke dalam tabung
reaksi, ditambah 3 ml H3PO4 pekat, dikocok hati-hati
|
Larutan
jernih, tapi tepung mengendap
|
IX.
Tujuan
a. Praktikan dapat
memahami cara untuk menganalisis secara kualitatif unsur zat organik
b. Praktikan dapat memahami cara menentukan kelas kelarutan
IX.
Manfaat:
Setelah
melakukan praktikum ini, manfaat yang diperoleh praktikan yaitu:
a. Praktikan
menjadi tahu cara/metode analisia kualitatif yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi suatu unsur zat organik
b. Praktikan
mendapat informasi baru terkait bahan yang dapat digunakan untuk pengganti
Ca(OH)2 dan larutan L
c. Praktikan
menjadi tahu kelarutan beberapa sampel pada pelarut tertentu
X. Pembahasan
Zat
organik bermanfaat bagi makhluk hidup di dunia ini. Manfaatnya, tergantung pada
jenis unsur yang menyusunnya. Unsur yang menyusun senyawa organik ini, dapat
diketahui. Tidak sampai disitu, kita juga dapat menentukan kelas kelarutan
suatu senyawa organik dalam pelarut tertentu. Dengan mengetahui 2 hal ini,
selain fungsi unsur dalam senyawa organik yang dapat dikenali, dapat pula
diperkirakan rumus empiris beserta rumus molekul senyawanya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
X.I Analisa Unsur
X.I.I Karbon
dan hidrogen
Pada
percobaan ini kami akan menganalisis karbon dan hidrogen didalam gula dan
Ca(OH)2, Cawan porselen yang telah berisi CuO kering, kami panaskan. Ternyata tidak
ada terjadi apa-apa sampai pemanasan selesai dilakukan. Lalu dicampur serbuk
CuO hangat dengan gula. Terjadi pelelehan dalam proses ini. Kemudian kami
alirkan gas melalui pipa pengalir yang sebelumnya kami rangkai, sehingga gas
bisa mengalir ke larutan Ca(OH)2. Terlihat bahwa pada proses ini terdapat uap
yang terbentuk.
X.I.II
Halogen
a.
Tes Beilstein
Tes
beilstein merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menganalisis ada
tidaknya unsur halogen yaitu melalui warna nyala kawat tembaga yang telah
ditetesi dengan salah satu unsur halogen. Pada percobaan ini kami memanaskan
kawat tembaga sampai kemerahan terlebih dahulu. Setelah itu, didinginkan dan
ditetesi dengan n-heksana. Dilanjutkan pemijaran, dan ketika kami amati
ternyata warna nyala yang timbul adalah warna hijau.
b. Tes CaO
Tes CaO juga termasuk tes yang dapat digunakan
untuk menganalisis kehadiran unsur halogen. Ada atau tidaknya unsur halogen
dapat dilihat melalui keadaan larutan (campuran CaO + CCl4 (n-heksana) + air suling + HNO3
encer) yang jernih. Dan apabila tidak memperoleh larutan yang jernih, maka
disaring larutan lalu ditambah 2-3 ml AgNO3 encer (5-10%) dan diamati perubahan
warnanya. Pada percobaan ini, kami mengganti CaO dengan kulit telur karena
keterbatasan bahan di laboratorium. Pertama kami memanaskan kulit telur sampai
ke suhu tinggi, kemudian berikan 2 tetes CCl4, dan didihkan dengan air suling,
HNO3 encer. Ternyata larutan yang kami perleh warnanya jernih, selain itu
timbul bau dan gelembung di kulit telur. Oleh karena kami telah memperoleh
larutan yang jernih maka kami tidak perlu menyaring larutannya.
X.I.III Metoda Leburan dengan
Natrium
1.Belerang
Pada
percobaan ini, kami mengidentifikasi adanya belerang pada putih telur yang
diasamkan dengan HCl, dan dididihkan. Ternyata yang terjadi yaitu timbul bau
tidak sedap/enak yang menyengat. Selain itu, terdapat pula gas dan pada dasar
tabung terdapat gumpalan-gumpalan kecil warna putih. Putih telur memang
mengandung belerang. Hal ini dapat dibuktikan dengan bau menyengat timbul
ketika proses pendidihan.
2. Nitrogen
Pada uji nitrogen ini, kami menambakan 5 tetes FeSO4 baru, 1 tetes FeCl3 dan 5 tetes KF 10% (nihidrin) serta 1-2 ml NaOH 10% ke dalam 3 ml larutan L (putih telur) sampai sifatnya basa. Setelah itu baru dididihkan, ternyata larutan menjadi berwarna hitam. Setelah dididihkan, dinginkan larutan, lalu diasamkan dengan asam sulfat encer, larutan hitam menjadi kuning dan ada endapan berwarna biru berlin.
Pada uji nitrogen ini, kami menambakan 5 tetes FeSO4 baru, 1 tetes FeCl3 dan 5 tetes KF 10% (nihidrin) serta 1-2 ml NaOH 10% ke dalam 3 ml larutan L (putih telur) sampai sifatnya basa. Setelah itu baru dididihkan, ternyata larutan menjadi berwarna hitam. Setelah dididihkan, dinginkan larutan, lalu diasamkan dengan asam sulfat encer, larutan hitam menjadi kuning dan ada endapan berwarna biru berlin.
3. Halogen
Pada percobaan ini, kami kembali menggunakan putih
telur yang ditambah HCl dan HNO3 encer, dihasilkan larutan putih keruh.
Dilanjutkan dengan pendidihan 5 – 10 menit, dan ternyata terjadi perubahan
warna larutan yang awalnya putih keruh menjadi kuning, selain itu timbul gas
dan bau yang sungguh tidak sedap. Ditambah 5 ml larutan AgNO3 encer dan
kemudian dididihkan kembali, terbentuklah endapan hitam kecoklatan di dasar
tabung yang cukup banyak. Hal ini lah yang menandakan adanya halogen. Perlu
diketahui bahwa proses pendidihan yang pertama, dilakukan dengan tujuan untuk
menghilangkan HCN dan H2S yang terbentuk.
X.II Penentuan Kelas Kelarutan
X.II.I Kelarutan Gula
Pada
percobaan ini, kami menentukan kelas kelarutan sampel gula pada 7 macam pelarut
yang terdiri dari: air, eter, NaOH
5%, NaHCO3 5%, HCl 5%, H2SO4 pekat dan H3PO4 pekat. Jadi 0,1
gram dicampurkan pada masing-masing pelarut sebanyak 3 ml, kemudian dikocok
kuat-kuat, terkecuali pada pelarut yang sifatnya korosif pengocokan dilakukan
secara hati-hati. Setelah dilakukannya prosedur tersebut, maka diperoleh hasil:
ketika gula dicampur dengan air larutan bening dan
gula dapat larut (+),
gula dicampur dengan eter larutan jernih, gula tidak
larut (-),Apabila dilihat bagan klasifikasi kelarutan yang dibuat Kamm, maka
gula memang tidak larut ketika bercampur dengan eter.
gula dicampur NaOH 5% larutan jernih, gula dapat
larut (+),
gula dicampur NaHCO3 5% tidak timbul gas CO2 (-)
gula dicampur HCl 5% larutan jernih dan gula larut
(+)
gula dicampur H2SO4 pekat, larutan warna kuning
kecoklatan, gula dapat larut (+)
gula dicampur H3PO4 pekat, larutan jernih gula larut
(+)
X.II.II Kelarutan Minyak
Sampel kedua
yang kami tentukan kelas kelarutannya yaitu minyak. Sama halnya dengan
percobaan sebelumnya, kami menggunakan 7 macam pelarut. Jadi, 3 tetes minyak
dicampurkan ke masing-masing jenis pelarut sebanyak 3 ml, kemudian dikocok.
Hasil yang kami peroleh:
ketika
minyak dicampur dengan air larutan keruh, minyak tidak dapat larut (-)
minyak
dicampur eter, larutan jernih dan minyak dapat larut (+)
minyak
dicampur NaOH 5%, larutan keruh dan minyak tidak larut (-)
minyak
dicampur NaHCO3 5%, tidak ada gas CO2
minyak
dicampur HCl5% larutan jernih, minyak larut (+)
minyak
dicampur H2SO4 pekat larutan berwarna orange dan minyak larut (+)
minyak
dicampur H3PO4 pekat larutan jernih dan minyak larut (+)
X.II.III
Kelarutan Putih Telur
Sampel ketiga yang kami gunakan
ialah putih telur. Yang akan kami uji kelarutannya pada 7 pelarut berbeda
seperti percobaan sebelumnya. 3 tetes putih telur dicampurkan ke setiap pelarut
dengan banyak 3 ml. hasil yang kami peroleh:
Ketika
putih telur dicampur dengan air, larutan keruh dan putih telur tidak larut (-)
Putih
telur dicampur dengan eter, larutan jernih dan putih telur larut (+)
Putih
telur dicampur NaOH 5% larutan keruh dan putih telur tidak dapat larut
Putih
telur dicampur NaHCO3 5%, terdapat gas CO2 pada campuran ini (+)
Putih
telur dicampur HCl 5%, larutan jernih (+)
Putih
telur dicampur H2SO4 pekat, warna larutan merah hati (+) dan terasa panas
Putih
telur dicampur H2PO4 pekat, larutan jernih (+)
X.II.IV Kelarutan Garam
Sampel keempat yang
diuji kelarutannya yaitu garam. Sama seperti sebelumnya, uji kelarutan pada
garam ini, menggunakan 7 macam pelarut. 0,1 gram garam dicampur dengan setiap
macam pelarut sebanyak 3 ml. Hasil yang diperoleh:
Ketika
garam dicampur air, larutan bening dan garam dapat larut (+)
Garam
dicampur eter, larutan jenih, garam tidak dapat larut. Sama halnya dengan gula,
jika dilihat bagan klasifikasi kelarutan yang dibuat Kamm, maka garam memang
tidak larut ketika bercampur dengan eter
Garam
dicampur NaOH 5%, larutan jernih dan garam dapat larutb
Garam
dicampur NaHCO3, tidak terdapat gas CO2
Garam
dicampur HCl 5%, larutan jernih (+)
Garam
dicampur H2SO4 pekat, larutan keruh (-)
Garam
dicampur H3PO4 larutan jernih (+) tapi garam mengendap
X.III.V Kelarutan Tepung
Sampel kelima yang digunakan untuk
diuji kelarutannya yaitu tepung. Pelarut yang digunakan ada 7 macam, seperti
pada percobaan sebelumnya. 0,1 gram tepung dicampur ke setiap jenis pelarut
sebanyak 3 ml lalu dilakukan pengocokan. hasil yang diperoleh yaitu:
Tepung
dicampur air, larutan keruh dan tepung tidak dapat larut (-)
Tepung
dicampur dengan eter larutan keruh dan tepung ditadk dapat larut (-)
Tepung
dicampur dengan NaOH 5%, larutan keruh dan tepung tidak larut (-)
Tepung
dicampur dengan NaHCO3 5%, tidak timbul gas CO2
Tepung
dicampur HCl 5% larutan jernih
Tepung
dicampur dengan H2SO4 pekat, larutan berwarna orange (+)
Tepung
dicampur dengan H3PO4 pekat, larutan jernih (+) tetapi tepung mengendap
XI.
Pertanyaan berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan
1.
Apa yang
menyebabkan adanya warna khas pada n-heksana ketika ia dipijarkan dengan kawat
tembaga?
2.
Pada tes CaO
mengapa kulit telur dapat mengeluarkan gelembung ketika dipanaskan?
3. Pada uji
nitrogen, apa yang menyebabkan terbentuknya endapan berwarna biru berlin pada
hasil akhir?
XII.
Kesimpulan
Dari
percobaan yang praktikan lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a.
Praktikan
mengetahui prinsip dasar analisa kualitatif dalam kimia organik, yaitu analisis
dengan metode/cara tertentu untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya zat
organik, yang dapat dilihat dari bau, warna yang dihasilkan ketika uji nyala,
dan perubahan warna larutan.
b. Praktikan mengetahui cara kerja untuk
mengidentifikasi zat organik berdasarkan analisa kualitatif. Unsur karbon
diidentifikasi dengan menggunakan CuO panas dan
sampel (gula) serta membiarkan gasnya mengalir ke Ca(OH)2, Unsur Halogen
diidentifikasi dengan tes Beilstein dan tes CaO serta berdasarkan endapan yang
terbentuk setelah penambahan AgNO3 pada larutan L dan HNO3 yang dididihkan,
belerang diidentifikasi dengan adasnya bau, dan gas yang timbul saat pendidihan
larutan L dan asam asetat, nitrogen diidentifikasi dengan adanya endapan biru
berlin hasil pendinginan dan pengasaman larutan L, FeSO4, KF dan NaOH dengan
asam sulfat, penentuan kelas kelarutan dengan mencampur sampel bersama pelarut
tertentu lalu dikocok
c. Praktikan dapat
menganalisa senyawa unknown, yaitu larutan L yang digunakan pada uji belerang,
nitrogen, dan halogen, dan merupakan campuran putih telur dan HCl
XIII. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep Konsep Inti. Jakarta:Erlangga.
Nasir, Subriyer, dkk. 2009. Ekstraksi Dedak Padi menjadi Minyak Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut N-Hexane dan Ethanol. Jurnal Teknik Kimia. 16(2):4.
Syamsurizal. 2019. Analisis Kualitatif Senyawa Organik. (http://syamsurizal.staff.unja. ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/). Diakses pada tanggal 25 Januari 2020 pukul 20:10).
Tim Kimia Organik I. 2020. Penuntun
Kimia Organik I. Jambi:Universitas Jambi
Yoga, Willybrordus dan Rini H.
2016. Review: Teknik Peningkatan Kelarutan Obat. Jurnal Farmaka. 14(2):288.
XIV. Lampiran Gambar
Bahan yang digunakan
proses saat pemijaran kawat tembaga
proses saat penambahan pelarut pada salah satu sampel
hasil kelarutan putih telur pada beberapa pelarut
Assalamualaikum perkenalkan saya RAHMADANSAH NIM: A1C118066 ingin mencoba menjawab permasalahan yang nomor 2, karena pada kulit telur terdapat pori pori pada cangkang tersebut, pada saat dipanaskan udara terjebak dan lalu mengembang mencari jalan keluar melalui kulit telur (pori-pori).
BalasHapusAssalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Perkenalkan nama saya Dea Ristria Ariani dengan NIM:A1C118003. Saya akan coba membantu menjawab pertanyaan nomor 3. Jawabannya yaitu penyebab warna biru berlin itu dikarenakan larutan ninhydrin yang digunakan merupakan oksidator sehingga saat penambahan FeSO4, FeCl3, KF 10%, dan NaOH. Menghasilkan endapan biru berlin yang menunjukkan adanya unsur nitrogen.
BalasHapusPerkenalkan saya Suryani br Nababan NIM A1C118093 akan mencoba menjawab pertanyaan no 1
BalasHapusdimana pada saat pemijaran kawat tembaga dengan n-heksana menimbulkan warna yang khas (warna hijau)dikarenakan adanya unsur halogen yang di tunjukan dengan adanya uap cu-halida yang terbentuk dan warna nyala hijau yang di hasilkan pada saat pemijaran